Hampir setiap orang menolak
yang namanya duka dan berusaha sekuat tenaga untuk hidup bahagia. Akibatnya,
tidak sedikit di antara mereka yang bersikap pragmatis, egois, individualis,
dan hedonis. Bahkan, mereka mau melakukan apa saja yang penting dia tidak
miskin, tidak dikucilkan dan tidak dihukum. Walaupun kadangkala hatinya
menjerit karena letupan-letupan kesadaran yang terkadang muncul akan
perilakunya yang telah melanggar aturan Tuhan, mereka tetap saja lebih memilih
menjauh dari duka demi hidup bahagia. Ingkar janji, dusta, dan khianat dipaksa
menjadi karakter dalam dirinya demi untuk menghindari duka.
Apalagi di zaman sekarang
yang himpitan ekonomi begitu berat, kejujuran sudah dianggap bukan masanya
lagi, dan korupsi diyakini wajar, sehingga menjadikan sebagian besar umat
manusia makin berani menggadaikan imannya. Padahal, kalau dicermati, duka yang
mereka hindari dengan cara curang itu, sejatinya adalah jalan tol menuju duka
nestapa yang tiada tara.
Duka di dunia hanyalah
sementara sebagaimana senang di dunia juga tidak selamanya. Sementara
pembalasan Allah SWT pasti adanya. Seorang Muslim wajib untuk hidup dengan
tidak melanggar aturan Allah SWT. Sekalipun terkadang untuk hidup seperti itu
harus banyak melakukan pengorbanan, merasakan penderitaan, kesengsaraan, dan
duka nestapa yang mendalam. Tetapi, itulah mahar yang harus kita berikan untuk
bisa mendapat kebahagiaan abadi di dalam surga. Apabila kita telah memahami hal
ini, insya Allah kita akan bisa menjalani hidup ini tetap bahagia meskipun
harus bersahabat dengan duka. Duka sejatinya adalah mahar untuk bahagia.
Hal itulah yang dilakukan
oleh Nabi Yusuf AS. Sejak kecil dia hidup tidak dalam kebahagiaan. Dia menjadi
anak Nabi Ya’kub yang dibenci oleh saudara-saudaranya dia pun harus rela
dilempar ke dalam sumur. Kemudian, dia hidup sebatang kara di negeri orang
dengan status sebagai budak belian. Tak cukup di situ, Nabi Yusuf juga
difitnah, hingga harus mendekam dalam penjara. Tetapi, semua itu dilalui dengan
nuansa hati yang tetap bersih dari kotoran nafsu. Kebersihan hatinya membuatnya
rela di penjara.
“Yusuf berkata, ‘Wahai
Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan
jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan
cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk
orang-orang yang bodoh’.” (QS Yusuf : 33).
Demikianlah sikap Nabi
Yusuf terhadap duka dalam hidupnya. Setiap fase ujian, dilaluinya dengan penuh
kesabaran dan harapan akan pertolongan Allah SWT. Hingga ia diangkat derajatnya
oleh Allah SWT dengan menjadi pengelola ekonomi Syariat Allah di bumi Mesir
dahulu ( Tim FB )
Mengapa harus PayTren?
1. PayTren menawarkan Cashback tanpa melakukan markup pada nilai produk (Pulsa, token listrik, dll)
2. PayTren memiliki potensi usaha yang tidak dimiliki oleh perusahaan sejenis.
3. Penerapan PayTren dibawah bimbingan dan pembinaan Ust. Yusuf Mansur secara langsung.
1. PayTren menawarkan Cashback tanpa melakukan markup pada nilai produk (Pulsa, token listrik, dll)
2. PayTren memiliki potensi usaha yang tidak dimiliki oleh perusahaan sejenis.
3. Penerapan PayTren dibawah bimbingan dan pembinaan Ust. Yusuf Mansur secara langsung.
Kami Mobile Stokis Aba Zahrah menyediakan dan melayani:
1. Pembelian Pin HU PayTren
2. Pembelian Deposit Untuk Transaksi
3. Pengelolaan Manajemen penempatan HU PayTren
4. Training Mitra Pengguna, Mitra Pebisnis dan Leader PayTren
Hubungi kami di:
1. Call/SMS/WA : 0823 8994 6045 an. Eddy Syahrizal
2. Pin BB: 7CE93545 an. Eddy Syahrizal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar