Diceritakan oleh Urwah dari
Aisyah ra dalam Musnad-nya, “Telah datang ke tempatku, Rasulullah Shalallaahu
‘Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم), beliau tampak
sedih. Saya mengetahui dari wajahnya, bahwa beliau sedang dirisaukan oleh
sesuatu. Beliau tidak berbicara hingga berwudhu, lalu keluar. Saya tetap
tinggal di kamar. Kemudian beliau naik ke mimbar, lalu membaca tahmid dan
berkhutbah: “Wahai saudara-saudara, sesungguhnya Allah Subhanahu wa-ta’ala (سبحانه و تعالى) berfirman kepada kalian: “Serukanlah kebaikan dan cegahlah
kemungkaran sebelum kalian berdoa kepada-Ku. Kalau tidak, Aku tidak akan
menjawab kalian (tidak mengabulkan) ketika kalian memohon pertolongan
kepada-Ku, Aku tidak akan menolongmu, kalau kalian minta, Aku tidak akan
memberimu’.”
Hadits di atas
menginformasikan kepada kita betapa dahsyat akibatnya, jika seorang mukmin
‘meninggalkan kewajiban beramar ma’ruf nahi munkar di tengah kehidupan
masyarakatnya. Di mana Allah tidak akan mengabulkan doa-doanya. Disamping Allah
juga tidak akan memberikan pertolongan-Nya di saat-saat dibutuhkan-Nya.
Tentunya, untuk menyikapi kondisi sosial semacam ini kita harus melakukan
muhasabah (instropeksi diri). Tidak perlu menuding sana menuding sini, dan
siapa yang harus disalahkan. Akan tetapi secara jantan, kita harus berani
mengakui kealfaan kita dan perbuatan dosa kita. Sikap ini harus dilakukan
sebelum Allah benar-benar menghisab kita kelak di hari pembalasan yang amat
berat itu.
Nabi sendiri jauh-jauh
sudah memperingatkan, “Akan datang suatu masa, saat hati seorang mukmin
bagaikan meleleh sebagaimana garam mencair dalam air.”
Melelehnya orang mukmin, dikarenakan ia melihat kemungkaran dan kedhaliman, tetapi ia membiarkannya begitu saja. Tanpa ada kemauan untuk merubahnya. Seolah sekarang ini ‘mafia’ kamaksiatan telah terorganisir dengan apik dan teratur secara sistemik. Sampai orang-orang mukmin, seolah ‘tak berdaya’ untuk melakukan tindakan pengembalian manusia tersesat dari jalan Allah (inabah).
Melelehnya orang mukmin, dikarenakan ia melihat kemungkaran dan kedhaliman, tetapi ia membiarkannya begitu saja. Tanpa ada kemauan untuk merubahnya. Seolah sekarang ini ‘mafia’ kamaksiatan telah terorganisir dengan apik dan teratur secara sistemik. Sampai orang-orang mukmin, seolah ‘tak berdaya’ untuk melakukan tindakan pengembalian manusia tersesat dari jalan Allah (inabah).
Allah SWT Berfirman :
Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan)
pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. ( Ali Imran 114
)
Allah SWT Berfirman :
Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka
perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (Al
Maidah 79 )
DARI Said bin Zubair, dari
Ibnu Abbas; ia berkata, bersabdalah Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم), “Tiada suatu kaum itu mengurangi
takaran, mengelabuhi timbangan kecuali Allah akan mencegah hujan kepada mereka.
Dan tiada nampak perzinaan pada suatu bangsa kecuali akan timbul maut atas
mereka. Tidak lahir pada suatu kaum perbuatan riba kecuali Allah akan
mengangkat penguasa yang gila. Tiada muncul pembunuhan pada suatu bangsa
kecuali Allah akan memberi kekuasaan kepada musuh-musuh mereka. Dan tiada
timbul suatu perbuatan homoseksual kecuali akan timbul pada mereka kehinaan
(kemusnahan). Dan tiada suatu bangsa meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar,
kecuali amal-amal mereka tidak akan terangkat dan doa-doa mereka tidak
didengarkan.” (HR.Tabrani)
Pada suatu hari Rasulullah
Saw bersabda kepada para sahabatnya: “Kamu kini jelas atas petunjuk dari
Robbmu, menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar dan berjihad di
jalan Allah. Kemudian muncul di kalangan kamu dua hal yang memabukkan, yaitu
kemewahan hidup (lupa diri) dan kebodohan. Kamu beralih kesitu dan berjangkit
di kalangan kamu cinta dunia. Kalau terjadi yang demikian kamu tidak akan lagi
beramar ma’ruf, nahi mungkar dan berjihad di jalan Allah. Di kala itu yang
menegakkan Al Qur’an dan sunnah, baik dengan sembunyi maupun terang-terangan
tergolong orang-orang terdahulu dan yang pertama-tama masuk Islam. (HR. Al
Hakim dan Tirmidzi)
Mobile Stokis PayTren Aba Zahrah adalah cabang
resmi dari Produk PayTren PT. VSI milik ust Yusuf Mansur.
PayTren Merupakan Produk Software Transaksi yang ala ATM dari HP anda sendiri.
Mengapa harus PayTren?
1. PayTren menawarkan Cashback tanpa melakukan markup pada nilai produk (Pulsa, token listrik, dll)
2. PayTren memiliki potensi usaha yang tidak dimiliki oleh perusahaan sejenis.
3. Penerapan PayTren dibawah bimbingan dan pembinaan Ust. Yusuf Mansur secara langsung.
1. PayTren menawarkan Cashback tanpa melakukan markup pada nilai produk (Pulsa, token listrik, dll)
2. PayTren memiliki potensi usaha yang tidak dimiliki oleh perusahaan sejenis.
3. Penerapan PayTren dibawah bimbingan dan pembinaan Ust. Yusuf Mansur secara langsung.
Kami menyediakan dan melayani:
1. Pembelian Pin HU PayTren
2. Pembelian Kartu Fisik dan Pin Elektronik KP25
3. Pembelian Deposit Untuk Transaksi
4. Pengelolaan Manajemen penempatan HU PayTren
5. Training Mitra Pengguna, Mitra Pebisnis dan Leader PayTren
Hubungi kami di:
1. Call/SMS/WA : 0823 8994 6045 an. Eddy Syahrizal
2. Pin BB: 7CE93545 an. Eddy Syahrizal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar